Pengertian dan Contoh Kebudayaan
Kebudayaan adalah wujud ideal yang
bersifat abstrak dan tak dapat diraba yang ada dalam pikiran manusia yang dapat
berupa gagasa, ide, norma, keyakinan dan sebagainya. Dalam setiap kebudayaan
terdapat unsur-unsur yang juga dimiliki oleh kebudayaan lain. Koentjaraningrat
menyebutnya sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal yang meliputi sistem
religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, dan sistem teknologi dan
peralatan. Tiap-tiap unsur kebudayaan universal tersebut menjelma ke dalam tiga
wujud kebudayaan, yaitu
1.
Wujud
kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide, gagasan, nilai, dan norma-norma.
2.
wujud
kebudayaan sebagai sebuah kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam suatu masyarakat.
3.
wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Setelah memahami apa itu kebudayaan,
maka kita tidak akan sulit untuk mencari contoh dari kebudayaan itu sendiri.
Contoh dari kebudayaan, khususnya di Indonesia ternyata sangatlah berada dekat
dengan kehidupan sehari-hari, misalnya lagu-lagu daerah yang ada disekitar
kita, lagu Angin Mamiri yang berasal
dari Sulawesi Selatan, lagu Ondel-Ondel yang
berasal dari Jakarta, alat musik Angklung
yang juga berasal dari Jakarta,
upacara adat seperti Sekaten, Makepung ; Balap Kerbau Masyarakat Bali, Atraksi Debus Banten, Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur, Upacara Kasada Bromo dan masih banyak lagi yang merupakan contoh dari kebudayaan yang
asli dari Indonesia.
Berikut
merupakan penjelasan dari beberapa contoh kebudayaan yang sudah dijelaskan di
atas :
a. Makepung
Kalau Madura punya
Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak
sama, namun menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur. yang dalam
bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu
kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten
Jembrana. Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di
sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling
beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan
dikendalikan oleh seorang joki. Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu
pun berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi
salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh
wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun
telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara professional. Sekarang ini,
Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja.
b. Debus
Atraksi yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal
dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al
Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar
disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat
kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus
banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain
terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.Kesenian
ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan
berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi
sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang
dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang,
belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat
banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan
leluhur yaitu seni beladiri debus.
c. Kasada Bromo
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat
Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini
untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat
diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal
mantera mantera. Beberapa
hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji
yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan
Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi
sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya
ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali
menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun
dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo. Bagi masyarakat Tengger, peranan
Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara
ritual, perkawinan dll.
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan
cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai,
ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah.
Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan
oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk
tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo
dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka
mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk
yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka
menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil
ternak dan pertanian yang melimpah.
Referensi :
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2006-2-00920-JP-bab%202.pdf. Diakses pada 21 Maret 2013.
http://unnforgett.blogspot.com/2011/05/contoh-contoh-budaya-budaya-unik.html. Diakses pada 21 Maret 2013.
ok..sangat bermanfaaat
BalasHapusMembantu dalam belajar
BalasHapus